Bandarlampung, KabarSejagat.com – Dua, satu yang berhasil memaksa pewarta putar balik sepeda motor. Di dua sisi verboden, jalan satu arah, Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan Tanjungkarang, Kecamatan Enggal, Bandarlampung, tepat hari peringatan HUT ke-79 RI, pada Sabtu (17/8/2024) pagi.
Lantaran, bertemu dua spanduk tetapi bukan gegara itu, gegara satu di antara spanduk itu -banner digital. Bukan jua gegara meletaknya. Terikat di empat besi bulat merah setinggi punggung dewasa, pembatas area trotoar area parkir tak jauh dari tiang bendera di halaman depan Simpur Center, salah satu pusat perbelanjaan ternama Kota Tapis Berseri Bandarlampung sejak 2005 ini.
Bagi sebagian orang, spanduknya biasa saja. Sekadar spanduk ucapan Selamat HUT ke-79 RI senada terpajang di ruang publik lainnya, selain di area kantor instansi pemerintah sejak beberapa hari sebelum, atau sejak 1 Agustus bareng hari pertama pemasangan bendera merah putih sebulan penuh selama bulan kedelapan Masehi ini, bulan kemerdekaan.
Tetapi gegara, gambar foto digital, gambar repro sosok karib bersongkok tengah serius menengok ke kanan tampak depan, wajah Proklamator Kemerdekaan RI, Dr. Ir. Sukarno atau Bung Karno, Sang Putra Fajar.
Sejenak, pewarta tertegun tersirap menatap foto itu. Baru saja semalam, buka kembali ulah kangen, tayangan YouTube Hendri Tjaja, soal kisah pilu lima tahun terakhir pengucilan hingga wafat, Presiden pertama Indonesia ini, ayahanda Presiden ke-5 Indonesia Megawati Soekarnoputri ini, kurun 1965-1970 silam.
Seperti tampak foto, ini memang bukanlah satu dari sejumlah foto epik sang proklamator yang bak bernasib semirip obyek fotonya. Alias melegenda.
Akan tetapi, senapas selaras dengan 79 tahun Indonesia Merdeka, nilai perjuangan melawan penjajahan, merebut kemerdekaan, dan kobar api semangat perlawanannya atas praktik penindasan manusia atas manusia lain, pun tuah petuahnya Di Bawah Bendera Revolusi, misalnya, Soekarnoisme, Trisakti Soekarno, masih terus terfoto mewujud dalam praktik.
Di Simpur Center sendiri, di bangunan gedung empat lantai ini, nilai keindonesiaan, toleransi dan kebhinekaan juga kuat tertanam.
“Udah Pah,” timpal putri kecil pewarta, ulah capai sehabis ikut upacara penaikan bendera merah putih peringatan HUT RI di sekolahnyi, buyarkan tegun cermati foto, Bung Karno.
“Thanks, Simpur Center,” batin pewarta lantas berlalu menyeberang jalan dua lajur tersebut, engkol motor meninggalkan lokasi, setelahnya melafal Alfatihah dalam hati. (Red/Muzzamil)